Sekarang ada lagi terobosan bioteknologi karya warga Gorontalo, yakni Biotetes Sozo FM-4. Menurut Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, pihaknya sudah menerapkan pola penggemukan sapi dengan formula tersebut. Hasilnya, peternak Gorontalo sudah bisa memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat setempat. Bahkan, lanjut dia, melalui kebijakannya dalam setahun ke depan akan mulai mengekspor daging sapi lokal berkualitas ekspor ke Malaysia. “Dengan penambahan suplemen Sozo FM-4, penggemukan sapi itu menghasilkan daging berkualitas ekspor. Seperti tak berbau, berwarna merah cerah, sedikit lemak, lebih empuk, dan gurih meski diolah tanpa bumbu,” tandasnya. Di Gorontolo, imbuh Fadel, para peternak telah menggunakan Sozo FM-4 sejak setahun lalu. Dampaknya, peternak memperoleh keuntungan berlipat ganda. Manfaat nutrisi alami ini pun sudah dinikmati para peternak di Kalimantan.
Awal Desember, Fadel datang ke Bandung untuk menyaksikan pemotongan sapi yang telah diberi perlakuan Sozo. Pemotongan dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Cirangrang, Kopo, Kota Bandung.
Formulator Sozo, David Andi, menyatakan, sapi yang digemukkan dengan menambahkan biotetes Sozo FM-4, selain lebih cepat gemuk dan dagingnya padat, juga rasanya gurih serta berserat lebih halus. ”Kotorannya pun tak berbau dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk kompos tanpa harus difermentasi,” ungkapnya sembari mencium kotoran sapi itu.
Aji Cucu Anggara, seorang pedagang daging grosir di Pasar Andir, Kota Bandung, mengaku, baru petama kali mendapatkan daging sapi segar, berwarna merah cerah, tak berbau, dan berserat halus. ”Daging sapi ini termasuk grade A. Dan daging semacam ini banyak diminati konsumen,” komentarnya sambil menepuk-nepuk karkas sapi yang dipotong di Cirangrang itu.
Pakan Irit, ADG Naik
Boleh percaya atau tidak, kehadiran Sozo bisa menjadi angin segar bagi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di tanah air. Betapa tidak, selain meningkatkan kualitas daging, secara signifikan formula tersebut mampu meningkatkan ADG, mengirit pakan, dan mereduksi dampak negatif limbahnya terhadap lingkungan.
Sozo FM-4 sudah dicoba di LJP selama 92 hari penggemukan. Dari 30 ekor sapi yang diuji, 8 ekor di antaranya sudah dipotong. Indeks pertumbuhan sapi yang diberi perlakukan feed suplement itu rata-rata mencapai 44,8%. Sementara kontrol hanya 31,8%. Pun ADG-nya, dengan aplikasi Sozo FM-4, rata-rata menghasilkan 1,615 kg. Kontrolnya rata-rata 1,221 kg.
Bukan hanya itu, menurut Toni, dengan menambahkan Sozo, pemberian pakan bisa ditekan menjadi 8 kg/hari/ekor. Padahal, untuk setiap kenaikan satu kg bobot badan sapi potong diperlukan pakan rata-rata 10 kg/hari/ekor (tergantung bobot badan).
Aplikasi Sozo pun terbilang mudah. Menurut David, penggunaannya cukup diteteskan pada air minum atau pakan. Dosisnya, satu tetes per 40 kg bobot badan sapi. Frekuensi pemberian sekali sehari, selama masa penggemukan. Biotetes itu dijual dalam kemasan botol mini 10 ml atau berisi 200 tetes.
Tentu, dengan penambahan Sozo, biaya pakan bertambah. Dari hasil uji coba di LJP, tambahan biaya itu Rp1.000/ekor/hari. Walau begitu ada selisih ADG 0,394 kg/hari. Bila harga sapi hidup dihargai Rp18.000/kg, maka diperoleh penambahan Rp7.092/hari.
Penambahan pendapatan juga diperoleh dari selisih konsumsi pakan sebanyak 2 kg, atau sekitar Rp3.000. Dengan demikian, tambahan keuntungan per harinya sebesar Rp9.092. Kalau digemukkan selama 90 hari, berarti pendapatannya Rp818.280/ekor. Angka ini belum menghitung selisih karkas. Sedangkan dari hasil pengujian di LJP, karkas belum potong lemak dari sapi yang diberi perlakuan Sozo FM-4 sekitar 52%—55%. Kontrolnya sendiri berkisar 51%—53%.
Anda masih belum yakin? “Terus terang, LJP pun termasuk perusahaan yang sulit untuk orang melakukan penelitian. Karena sebelumnya banyak orang yang berdagang dan mengiming-imingi ADG bisa naik 2—4 kg. Tapi ternyata hanya main-main,” aku Toni. Pihaknya mau melakukan penelitian Sozo karena ditantang apapun pihak Sozo mau. Waktu itu juga pihak Sozo tidak mengiming-imingi ADG akan naik sekian. Hanya disebutkan bau kotoran sapi akan menurun dan kualitas daging meningkat. “Setelah diteliti, ternyata dari bobot badan pun ada perbedaan antara yang diberi perlakuan dengan kontrol,” jelasnya.
Kendati demikian, menurut Yudi, teknologi tersebut bisa diadopsi bila ketersediaan sumber pakan dapat teratasi lebih dulu. “Mengenai probiotik itu, kita harus mengadvokasi peternak yang tidak punya riset pakan. Kalau perlu difasilitasi pemerintah, lalu disosialisasikan kepada para peternak. Soalnya, improvement feedlot dalam teknologi pakan jauh lebih tinggi ketimbang peternak,”
(Gambar)
Awal Desember, Fadel datang ke Bandung untuk menyaksikan pemotongan sapi yang telah diberi perlakuan Sozo. Pemotongan dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Cirangrang, Kopo, Kota Bandung.
Formulator Sozo, David Andi, menyatakan, sapi yang digemukkan dengan menambahkan biotetes Sozo FM-4, selain lebih cepat gemuk dan dagingnya padat, juga rasanya gurih serta berserat lebih halus. ”Kotorannya pun tak berbau dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk kompos tanpa harus difermentasi,” ungkapnya sembari mencium kotoran sapi itu.
Aji Cucu Anggara, seorang pedagang daging grosir di Pasar Andir, Kota Bandung, mengaku, baru petama kali mendapatkan daging sapi segar, berwarna merah cerah, tak berbau, dan berserat halus. ”Daging sapi ini termasuk grade A. Dan daging semacam ini banyak diminati konsumen,” komentarnya sambil menepuk-nepuk karkas sapi yang dipotong di Cirangrang itu.
Pakan Irit, ADG Naik
Boleh percaya atau tidak, kehadiran Sozo bisa menjadi angin segar bagi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di tanah air. Betapa tidak, selain meningkatkan kualitas daging, secara signifikan formula tersebut mampu meningkatkan ADG, mengirit pakan, dan mereduksi dampak negatif limbahnya terhadap lingkungan.
Sozo FM-4 sudah dicoba di LJP selama 92 hari penggemukan. Dari 30 ekor sapi yang diuji, 8 ekor di antaranya sudah dipotong. Indeks pertumbuhan sapi yang diberi perlakukan feed suplement itu rata-rata mencapai 44,8%. Sementara kontrol hanya 31,8%. Pun ADG-nya, dengan aplikasi Sozo FM-4, rata-rata menghasilkan 1,615 kg. Kontrolnya rata-rata 1,221 kg.
Bukan hanya itu, menurut Toni, dengan menambahkan Sozo, pemberian pakan bisa ditekan menjadi 8 kg/hari/ekor. Padahal, untuk setiap kenaikan satu kg bobot badan sapi potong diperlukan pakan rata-rata 10 kg/hari/ekor (tergantung bobot badan).
Aplikasi Sozo pun terbilang mudah. Menurut David, penggunaannya cukup diteteskan pada air minum atau pakan. Dosisnya, satu tetes per 40 kg bobot badan sapi. Frekuensi pemberian sekali sehari, selama masa penggemukan. Biotetes itu dijual dalam kemasan botol mini 10 ml atau berisi 200 tetes.
Tentu, dengan penambahan Sozo, biaya pakan bertambah. Dari hasil uji coba di LJP, tambahan biaya itu Rp1.000/ekor/hari. Walau begitu ada selisih ADG 0,394 kg/hari. Bila harga sapi hidup dihargai Rp18.000/kg, maka diperoleh penambahan Rp7.092/hari.
Penambahan pendapatan juga diperoleh dari selisih konsumsi pakan sebanyak 2 kg, atau sekitar Rp3.000. Dengan demikian, tambahan keuntungan per harinya sebesar Rp9.092. Kalau digemukkan selama 90 hari, berarti pendapatannya Rp818.280/ekor. Angka ini belum menghitung selisih karkas. Sedangkan dari hasil pengujian di LJP, karkas belum potong lemak dari sapi yang diberi perlakuan Sozo FM-4 sekitar 52%—55%. Kontrolnya sendiri berkisar 51%—53%.
Anda masih belum yakin? “Terus terang, LJP pun termasuk perusahaan yang sulit untuk orang melakukan penelitian. Karena sebelumnya banyak orang yang berdagang dan mengiming-imingi ADG bisa naik 2—4 kg. Tapi ternyata hanya main-main,” aku Toni. Pihaknya mau melakukan penelitian Sozo karena ditantang apapun pihak Sozo mau. Waktu itu juga pihak Sozo tidak mengiming-imingi ADG akan naik sekian. Hanya disebutkan bau kotoran sapi akan menurun dan kualitas daging meningkat. “Setelah diteliti, ternyata dari bobot badan pun ada perbedaan antara yang diberi perlakuan dengan kontrol,” jelasnya.
Kendati demikian, menurut Yudi, teknologi tersebut bisa diadopsi bila ketersediaan sumber pakan dapat teratasi lebih dulu. “Mengenai probiotik itu, kita harus mengadvokasi peternak yang tidak punya riset pakan. Kalau perlu difasilitasi pemerintah, lalu disosialisasikan kepada para peternak. Soalnya, improvement feedlot dalam teknologi pakan jauh lebih tinggi ketimbang peternak,”
(Gambar)
| |||||
Negara Asal: | Indonesia | ||||
Harga: | Rp. 35.000/ botol | ||||
Kemas & Pengiriman: | Botol 10 ml |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar